Rabu, 21 November 2012

Resensi Novel Rai Affair




 Judul                    : Rain Affair (Ketika Hujan Aku Jatuh Cinta)
 Penulis                 : Clara Canceriana
 Nama Tokoh       : Noah, Rissa, Lea, Fadi, Rendi dan Audrey
Terbitan                : Gagas Media
Halaman               : 348 halaman
Tahun Terbit         : 2010


Setahun yang lalu Lea mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang atau lumpuh sementara. Lea tersenyum melihat sebuket bunga lili putih dari orang yang sangat berarti bagi Lea. Orang itu adalah Noah. Ditambah dengan perkataan Noah yang membuat Lea tersenyum mendengarnya, “Jangan karena kecelakaan, semangat kamu ngadepin hidup jadi menurun drastis.” Dan Noah juga membuat Lea memerah mendengar pengakuan Noah,” bukannya dulu kamu pernah bilang punya keinginan yang belum kesampaian. Apa kamu udah tidak pengen lagi keinginan itu terwujud. Aku pengen kamu... jadi pacar aku.” Lea sedikit terkejut mendengar pengakuan Noah hilang seketika bagaikan mimpi. Tapi itu bukan mimpi, itu nyata bukan rekayasa.

Hujan turun. Pemuda itu juga turun dalam angkutan umum yang ditumpanginya. Pemuda itu memasuki gerbang rumah sakit disalah satu tempat di Bandung. Pemuda itu mau menjenguk sahabatnya yang sakit, tapi yang disayangkan pemuda itu lupa membawa sesuatu. Pemuda itu bernama Nathan. Tidak sengaja matanya melihat sosok perempuan yang terjatuh karena ditabrak orang dewasa yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Nathan pun melangkah mendekati perempuan itu, Nathan mengadahkan payungnya keatas kepala perempuan itu dan membantu perempuan itu memasukan buahnya kedalam kantong. Perempuan itu menatap Nathan. “Ada apa?” tanya Nathan bingung. “Kamu Andre teman SD ku dulu kan?” tanyanya. “Nama saya bukan Andre” kata Nathan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Perempuan itu terpaku beberapa saat, seolah tidak percaya kalau Nathan memang bukan Andre. “Ah... maaf, aku kira Andre.” Perempuan itu buru – buru berdiri, mukanya tampak memerah karena malu. “Maaf yaa.” Nathan tersenyum. “Nggak apa.”

Kemudian keduanya sama – sama melangkah menuju lobi rumah sakit dibawah lindungan payung, sambil berbincang kecil soal tujuan mereka ke rumah sakit. Begitu didepan lobi dan Nathan sedang melipat payungnya hingga menjadi lebih ringkas, tiba – tiba perempuan itu menyodorkan satu kanatong. “Apa?” tanya Nathan seperti orang bodoh. “Nggak boleh jenguk orang dengan tangan kosong.” Tapi, begitu perempuan itu hendak berlalu begitu saja, Nathan menahan dengan suaranya. Perempuan itu berhenti dan menaikkan alisnya. “Ini.” Nathan menyodorkan payungnya. “ Kamu nggak bawa payung padahal kelihatannya hari ini hujan akan turun terus.” “Tapi....” serius. Percaya sama saya kata Nathan. Setelah terdiam cukup lama, senyum mengembang diwajahnya. “kalau begitu makasih yaa.” Dan, setelah dia meraih payung yang ada di tangan Nathan, perempuan itu segera berlalu, masuk kedalam rumah sakit. Nathan belum pernah ketemu dengannya lagi sejak itu, sampai hari ini.

Setahun telah berlalu

Hubungan Lea dan Noah belum berakhir. Masih ada ikatan sebagai sepasang kekasih. Tapi itu hanyalah status belaka, buktinya Lea selalu memaksakan diri agar hubungannya dengan Noah tetap rukun. Lea selalu berusaha tetap ceria padahal didalam hatinya menderita. Hal itu disadari oleh kedua sahabatnya yang bernama Audrey dan Rendi. Tidak mau melihat penderitaan Lea, kedua sahabat itu memutuskan agar Lea menceritakan hal yang sebenarnya,karena kedua sahabatnya itu tau Lea masih merahasiakannya. Tidak dipedulikan, tidak dianggap kekasih, selalu merasa disalahkan (dipojokkan), selalu meminta maaf duluan, tertekan. Hal itu yang telah dialami Lea. Lea tetap bertahan dengan kelakuan Noah selama ini. Lea tau kenapa sikap Noah seperti itu, namun Lea mengabaikan pikiran itu. Setiap Lea mengingatnya, Lea selalu marah dan benci pada kakak kandungnya sendiri bernama Rissa. Kenapa? Simple aja, karena Noah menyukai Rissa sebaliknya, Rissa juga menyukai Noah, sebelum Lea mengalami kecelakaan setahun yang lalu. Lea yakin dengan cinta tulusnya pada Noah, Noah akan menyukai Lea, seperti Lea menyukai Noah apa adanya.

Nathan melihat perempuan yang kehujanan untuk kedua kalinya. Perempuan itu adalah cinta pertamanya setahun yang lalu. Jujur Nathan belum mengenal dekat dengan perempuan itu, bahkan nama perempuan itu Nathan tidak tahu sama sekali. Mungkin takdir Nathan bertemu dengan cinta pertamanya. Sahabatnya meyuruh Nathan untuk mengantar pacarnya ke apartemennya. Alasan sahabat Nathan adalah ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. DEG.. OMG... ternyata Lea adalah perempuan yang Nathan sukai, dan Nathan harus menerima kenyataan sebenarnya bahwa sahabatnya yang bernama Noah berpacaran dengan Lea.

Sejak diperkenalkan kepada Lea oleh Noah, Nathan berteman baik dengannya. Sayang, Lea belum juga mengingat kejadian di saat hujan itu. Waktu pun berlalu, Nathan semakin tahu banyak hal tentang Lea, khususnya tentang hubungannya dengan Noah yang penuh dengan keributan. Bahkan tak jarang, Nathan mendengarkan keluh kesah Lea. Tidak hanya itu, Noah juga sering meminta bantuan Nathan untuk menemani Lea di saat dirinya tidak bisa berada di samping Lea. Rangkaian kesedihan yang dialami Lea membuat Nathan bersimpatik kepadanya. Perlahan, Nathan selalu berupaya menghiburnya dan berada di sisi Lea saat dibutuhkan. Meski demikian, Lea masih terlalu jauh dari jangkauannya. Cinta Lea yang terlampau dalam terhadap Noah-lah yang membuat Nathan selalu berada di seberang hati Lea. Hingga akhirnya kebenaran yang selama ini bersembunyi di balik kebohongan sikap Noah itu terkuak. Nathan tidak bisa tinggal diam. Bagaimana pun, ia merasa sakit saat mengetahui bahwa Noah sudah menyia-nyiakan Lea.

Pada suatu malam Rissa kakak kandung Lea datang ke Jakarta untuk menemui Lea. “Hai Le,” sapa Rissa begitu hangat. “Lama nggak ketemu ya.” “Udah lama Sa?” tanya Lea. “Lumayan sih.” Rissa meringis, setelah beberapa saat mencuri waktu untuk mengamati wajah Lea yang tampak sangat lelah. Lea tidak bisa tidur, berkali – kali Lea menghembuskan napasnya dengan berat supaya perasaan dalam rongga dadanya bisa sedikit lebih kosong. Namun sia – sia sampai detik itu, Lea juga belum bisa terlelap. Pikirannya terlalu penuh.
Hingga keesokan paginya, mata Lea pun bengkak. Kantungnya yang menghitam menggelayut dibawah sepasang mata sendu itu. Dalam kesendiriannya menyambut pagi, Lea hanya meringkuk di sofa. “Kamu nggak tidur semalaman, Le?” tanya Rissa begitu dia muncul dari balik kamar tidur dan menemukan Lea sedang melamun dengan pandangan kosong. Lea membenarkan posisi duduknya, tersenyum sekilas. Dia menggeleng tanpa semangat. “Kamu mau sarapan, Le?” tawaran Rissa memberikan sedikit hiburan bagi Lea. Mungkin, ini waktu bagi Lea untuk menggunakan kesempatan dimana dia dan Rissa bisa kembali akrab. Keduanya memutuskan untuk sarapan di luar. Lea yang malas mencari makanan di tempat yang jauh, hanya mengajak Rissa untuk sarapan di sebuah toko donat, Rissa tampak sama sekali tidak keberatan. Hanya saja, keheningan masih sesekali menyusup diantara keduanya. Canggung, setelah sekian lama tidak bertatap muka.

Nathan mengetuk pintu apartemennya Lea. Baru ketukan pertama, pintu langsung menjeblak terbuka membuat jantung Nathan tidak bisa berdetak normal. “Nathan?” Lea pertama kali buka mulut. Senyumnya mengembang kaku. “Ada apa?” kata Lea. “Ngng,”tenggorokan Nathan tersumbat sesuatu. “Boleh bicara sebentar?” “Gue lagi buru – buru, sori “ sahut Lea pelan. Nathan aga kecewa, “Cuma lima menit pun?” dia berusaha melakukan bargain. “Nath, really I’ve to go. Gue harus ketempat Audrey. Ada sesuatu dan gue nggak bisa konsentrasi. Bisa bicara lain kali?” tolak Lea dengan nada yang begitu sopan. “Maaf.” “Audrey?” Nathan ingat nama itu! “Temen lo itu? Kenapa dia?” tanya Nathan kepada Lea. “Gue nggak tahu,” Lea cemas. “karena itu gue harus ke sana.” “Lo naik apa?” “Mobil. Gue coba telepon Noah tapi, ponselnya nggak aktif.” “Kunci mobil lo mana?” Nathan mengadahkan tangannya. Lea mengangkat kedua alisnya, heran. “Biar gue yang nyetir. Lo lagi panik gitu, pasti nggak akan konsen nyetir.” Lea masih bergeming. “Tenang, Le. Gue nggak akan ngomong apa – apa soal masalah gue, sampe urusan lo dengan Audrey beres.” “Beneran nggak apa?” Lea bertanya tak yakin. “Serius.” Nathan berusaha tersenyum, meski terlihat agak memaksa. Lalu Lea menyerahkan kunci itu keatas tangan Nathan. “Tolong yaa.”

Setelah setengah jam perjalanan rumah Audrey, tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir masing – masing. Lea sibuk mengkhawatirkan Audrey, meski sesekali terselip pertanyaan soal kemunculan Nathan yang mendadak di apartemennya. Lea melepaskan seatbeltnya dan hendak turun, namun urung ketika melihat Nathan bergeming ditempatnya. “Nath, lo masuk aja. Ada keponakan Audrey.” Nathan tersenyum kalem. “Gampang. Lo duluan aja.” Sebenarnya Lea tidak mau Nathan hanya diam di dalam mobil, menunggunya. Tapi, keadaan Audrey lebih mendesak. Dengan sungkan, Lea pamit dan melesat ke dalam rumah Audrey. Dia berpapasan dengan kedua orang tua Audrey, mengobrol sebentar dan langsung bergerak ke kamar sahabatnya.

Kamar Audrey begitu berantakan. Kertas tissue banyak bertebaran, majalah berisi Lifestyle berhamburan dimana – mana. Sungguh, ini bukan Audrey, dia nggak suka barang – barangnya berantakan. Audrey tersenyum kearah Lea yang muncul di balik pintu. “Fadi bakal nikah.” Kata Audrey kepada Lea. Fadi adalah teman satu kantor Audrey dan Lea, sudah sejak lama Audrey suka sama Fadi tapi nyatanya Fadi sudah memiliki kekasih yang selama ini tidak diketahui oleh Audrey dan Lea. Lea membelai punggung Audrey. “Darimana Lo tau soal berita itu?” tanyanya tidak percaya bahwa justru Audrey yang pertama mengetahuinya. “Lo nggak akan percaya, Le!” suara Audrey terdengar sengau. “Fadi menghubungi Gue! Dia minta maaf dengan semua situasi yang udah bikin gue salah paham. Dan, yah... Dia bilang semuanya.” “Fadi nggak kasih tau siapa cewek itu! Dan lo tetep penasaran?” Audrey mengangguk pelan, tapi dia terlihat yakin. “Apa lo percaya kalo gue bilang gue sama sekali nggak penasaran sama calon istrinya Fadi?’ tanya Audrey dengan tatapan polos. “Sama sekali nggak tahu, dear.” Audrey tersenyum membuat satu bulir air matanya kembali menetes. “Lo bener – bener berantakan Drey,“ Lea menyeka air mata Audrey.  Sebenarnya dia tidak tega melihat Audrey yang biasanya sangat peduli dengan penampilan, kini justru sebaliknya. Tiga jam, mungkin lebih Nathan menunggu Lea. Tetapi Nathan sama sekali tidak menunjukan raut wajah keberatan, juga tidak tampak lelah menunggu Lea selama itu. “Thank Nath lo jadi nunggu lama,” ujar Lea saat mobil sudah menjauh dari rumah audrey. Nathan tersenyum dengan tatapan yang tetap fokus.

Langit malam kini menjadi sahabat Lea saat dia memalingkan wajahnya, membuang pandangan jauh melalui kaca jendela. Matanya sudah terasa panas dan dia tidak mau Nathan mengetahui ada satu air matanya yang jatuh. Sisa – sisa perjalanan itu pun di isi dengan kekosongan yang tidak nyaman. Hingga mobil itu kembali memasuki apartemen. Nathan menyuruh Lea turun terlebih dahulu dan menunggunya di lobby untuk menerima kunci mobil,setelah Nathan mencarikan tempat parkir.  Lea baru saja mengedarkan pandangan ke sekeliling parkiran dekat lobby dan di salah satu mobil Lea bisa melihat Noah dan Rissa sedang berbicara tampak serius. Rissa dan Noah tidak menyadari kalau ternyata Lea sudah berada di depan mobil Noah dan sedang mengamati mereka berbicara serius. “Lea? Kamu udah balik?” suara Rissa bergetar di belakang Noah. Lea diam. Matanya hanya menghujam Noah dengan tatapan yang sulit dianalisis. Setelah cukup lama Noah, Rissa dan Lea berdiam akhirnya Noah memberanikan diri untuk berbicara kepada Lea bahwa sebenarnya selama ini Noah tidak bisa mencintai Lea, Noah berusaha untuk mencintai Lea tetapi tetap saja tidak bisa karena cintanya Noah hanya untuk Rissa. Setelah Lea mendengar apa yang dikatakan oleh Noah, Lea tidak bisa menahan kesedihannya laluLea pergi meninggalkan Noah dan Rissa. Rissa mencoba untuk mengejar Lea tapi, Noah menahannya. “Dia butuh waktu untuk sendiri, Ris” kata Noah.

Nathan yang melihat kejadian itu langsung melayangkan satu tinju ke arah rahang Noah hingga cowok itu tersungkur kebelakang Rissa, lalu Nathan pergi begitu saja meninggalkan Noah dan Rissa. Sebenarnya Rissa merahasiakan sesuatu dari Noah dan akhirnya Rissa memberanikan diri untuk berbicara kepada Noah kalau ternyata dirinya sudah mempunyai kekasih yang bernama Fadi yang ternyata adalah teman satu kantornya Lea. Noah terkejut dengan pernyataan dari Rissa, Noah marah besar terhadap Rissa karena selama ini Noah telah berusaha menuruti kata – kata Rissa untuk membahagiakan Lea dan Noah pun telah menunggu Rissa untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekedar sahabat. Rissa tampak sangat sedih melihat Noah semarah ini terhadap dirinya, Rissa mencoba minta maaf tapi dihiraukan oleh Noah dan Noah pun meminta Rissa untuk pergi dari hadapannya tanpa banyak kata-kata Rissa pun pergi meninggalkan Noah seorang diri.

Setelah kejadian malam itu Lea memutuskan untuk bertemu dengan Noah di apartemennya, Lea pun segera bergegas ke unit apartemen Noah. Setelah beberapa saat Lea berdiam diri di depan pintu apartemen Noah akhirnya Lea mengetuk pintu itu dan tidak butuh waktu lama pintu itu terbuka. Noah terkejut melihat Lea ada di depannya dan Noah pun menyuruh Lea masuk . Noah tampak sangat berantakan begitu juga dengan apartemennya, Noah duduk di samping Lea. “ Le, ngapain kamu kesini?” Noah mencoba membuka percakapan. “Aku hanya ingin melihat keadaan kamu, aku khawatir dengan kamu, No.” “Aku nggak apa  - apa ko Le. Le aku minta maaf yaa kalo selama ini aku udah sering nyakitin kamu, aku udah sering bikin kamu nangis, aku udah sering bikin kamu tertekan. Aku minta maaf Le.” Noah akhirnya memintaa maaf kepada Lea karena perbuatannya yang sudah membuat Lea menderita. “Aku udah maafin kamu, No.” Sahut Lea. Noah akhirnya bisa tersenyum dan hatinya pun terasa sedikit lega karena Lea mau memaafkannya, Noah juga meminta agar Lea mau menjadi sahabatnya dan di luar dugaan Noah ternyata Lea mau menjadi sahabat Noah dan siap untuk ada saat Noah senang atau pun duka. Noah meneceritakan semua kejadian di malam itu kepada Lea dan Lea terkejut mendengar perkataan Noah, Lea tidak menyangka kalau Rissa akan mengatakannya secepat ini. Lea mencoba untuk menenangkan dan menghibur Noah.

Setelah beberapa hari Noah tidak masuk kerja akhirnya Noah kembali masuk kerja dan beraktivitas seperti biasanya. Nathan senang karena Noah sudah mulai masuk kerja dan tampak bersemangat, Nathan pun langsung menemui Noah di ruangannya dan meminta maaf karena telah memukulnya malam itu. Noah pun memaafkan Nathan, Noah tau alasan Nathan bersikap seperti itu, karena Nathan sangat menyayangi Lea dan Nathan tidak mau kalau Lea terus – terusan tersiksa karena Noah. Lalu Nathan menghubungi Lea memberitahu kalau Noah sudah mulai masuk kerja, mendengar perkataan Nathan Lea sangat senang ternyata Noah tidak butuh waktu lama untuk menyendiri. Rissa dan Fadi menemui Noah di apartemennya, Noah tampak tidak senang atas kehadiran Rissa dan Fadi. Rissa meminta maaf karena telah membuat Noah kecewa begitu juga dengan Fadi meminta maaf karena telah merebut Rissa dari Noah. Awalnya Noah tidak mau memaafkan Rissa dan Fadi, tetapi ternyata Noah mau memaafkan mereka, asal Rissa senang Noah pun ikut senang.

“Gimana keadaan lo Drey?” Tanya Lea kepada Audrey yang sibuk dengan pekerjaannya. “Seperti yang lo liat gue udah nggak apa – apa dan gue sekarang udah bisa terima kalau ternyata Fadi bahagianya dengan wanita lain dan bukan dengan gue, sahut Audrey. Lea sangat senang mendengar perkataan Audrey sahabatnya. ketika Audrey dan Lea sedang berbicara tiba – tiba ponsel Lea berbunyi ternyata Nathan menghubunginya dan ingin menemui Lea saat Lea pulang dari kantornya. Setelah pulang kantor Nathan menemui Lea di apartemennya dan mengajak Lea untuk berbicara di pinggir kolam renang yang ada di apartemen mereka. Di pinggir kolam renang Nathan mengungkapkan perasaannya kepada Lea bahwa selama ini Nathan sangat Menyayangi Lea dan Nathan ingin Lea menjadi kekasihnya. Lea sangat terkejut mendengar perkataan Nathan, tetapi Lea pun memiliki perasaan yang sama terhadap Nathan. Malam itu pun Nathan dan Lea resmi menjadi seorang kekasih.

Pernikahan Rissa dan Fadi tiba pada saat waktunya, Lea sibuk mengecek persiapan pernikahan kakanya, dia tidak ingin kalau pernikahan kakaknya tidak berjalan sesuai rencana. Setelahh semua persiapan telah sesuai dan siap Lea dan Audrey menemui Rissa di kamar pengantin, Rissa sangat cantik begitu juga dengan Lea dan Audrey yang tampak tidak kalah cantik dari Rissa. Acara pernikahan Rissa dan Fadi telah dimulai tidak lama acara dimulai Rendi sahabat Lea dan Audrey datang bersama istrinya, Lea dan Audrey menyambut senang kedatangan Rendi dan istrinya. Acara puncak pun telah usai tetapi Noah dan Nathan belum juga tiba, setelah menunggu beberapa saat Noah dan Nathan datang bersamaan lalu mereka langsung menemui Lea yang sedang bersama sahabatnya. “maaf Le datang telat jalanan macet dan ternyata parkiran lebih macet,” ujar Nathan. Lea hanya bisa tersenyum melihat Nathan dan Noah tampak begitu kelelahan karena terkena macet. Noah senang melihat Rissa dipelaminan tampak sangat cantik. Lalu Audrey mengajak Lea, Noah, Nathan, Rendi dan istrinya untuk memberi selamat kepada Rissa. Rissa sangat senang karena semuanya hadir dan semuanya tampak ikut berbahagia. Setelah memberi ucapan selamat kepada Rissa, Rendi mengajak istrinya berkeliling untuk mencicipi makanan yang telah tersedia, tak lama melihat Rendi pergi bersama istrinya, Nathan mengajak Lea untuk menepi karena ada sesuatu hal yang ingin Nathan bicarakan kepada Lea. Nathan mengungkapkan keinginannya kalau dia ingin menikahi Lea, Lea terkejut sekaligus senang. Nathan mengeluarkan sebuah cincin dari saku celananya dan memakaikannya di jari Lea.

Kritik dan saran : menurut saya novel ini sangat menrik untuk dibaca karena ceritanya yang bagus tetapi novel ini terlalu berbelit – belit sehingga aga sedikit susah untuk memahami alur cerita di novel ini. Tetapi pada akhirnya semua tokoh yang ada dinovel ini berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar